Pemuda Sejati adalah Ali bin Abi Thalib

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

“Mendengar seseorang yang akan melamar wanita membuat jantungmu berdetak lebih cepat, Apa itu cinta ?”. Itulah yang dirasakan oleh Ali bin Abi Thalib ketika mendengar seorang sahabat Nabi yang sangat dekat dengan Rasulullah akan melamar Fatimah Azzahrah Putri kesayangan Muhammad ibn Abdullah. Dia adalah Khalifah pertama, lelaki yang iman dan akhlaknya tak perlu di ragukan, siapa lagi kalau bukan Abu Bakar Ash Siddiq.

Kabar mengejutkan itu datang bagaikan grenade yang menghancurkan semangat Ali. Bagaimana tidak, Abu Bakar adalah salah seorang sahabat yang berperan penting dalam menyerukan agama Allah bahkan jika dibandingkan dengan Ali dia tidak ada apa-apannya. Ali hanya percaya bahwa Allah telah mengujinya karna merasa ia telah dibandingkan dengan Abu Bakar. Ketaatan yang di miliki Abu Bakar membuat Ali kehilangan semangat untuk berjuang, terlebih lagi seperti yang ia ketahui peran penting Abu Bakar dalam menyebarkan dakwah, para bangsawan yang telah memeluk islam berkat Abu Bakar, dan banyak budak yang dibebaskan karna pembelaan Abu Bakar.

Bagaikan langit dan bumi Ali tidak ada apa-apanya bahka dia hanyalah pemuda yang berasal dari keluarga yang miskin. “Aku mengutamakan kebahagian Fatimah diatas cintaku” itulah yang terlintas di benak Ali ketika mendengar berita itu. Cinta memang membutuhkan pengorbanan termasuk mengorbankan perasaan sendiri, apalagi Abu Bakar adalah  sahabatnya, hal itu yang membuat Ali merasa yakin bahwa Fatimah akan bahagia jika bersama Abu Bakar.

Waktupun berlalu, Allah kembali menabur bibit harapan kepada Ali, mendengar kabar bahwa lamaran Abu Bakar ditolak membuat semangat Ali kian berkobar dan senantiasa memantaskan diri untuk melamar putri baginda Rasulullah. Namun, rupanya ujian yang datang tak berhenti sampai disitu saja. Setelah lamaran Abu Bakar ditolak datanglah seorang lelaki yang gagah perkasa, yang memisahkan antara yang haq dan yang bathil, yang mampu membuat syaitan berlari ketika melihatnya, serta membuat musuh-musuh Allah bertekuk lutut. Umar bin Khattab.

Ali hanya bisa kembali berserah diri  kepada Allah, sebab ia tahu Allah selalu memberi yang terbaik untuk hamba-hambanya. Tak lama setelah Umar melamar, penolakan lamaran kembali terdengar tapi hal itu membuat Ali bingung sendiri, sebab bagaimana mungkin lamaran kedua sahabat terdekat Rasulullah ditolak padahal keimanan Abu Bakar dan Umar bin Khattab tidak dapat diragukan lagi. Atau apa mungkin Rasulullah menunggu seorang pemuda tampan yang elegan seperti Sa’d ibn Mu’adzkah.

Berbagai macam hal mulai timbul di pikirkan Ali. Tapi itu tidak menghalangi niat Ali untuk melamar putri kesayangan Rasulullah. Semangat yang dimiliki kian berkobar hingga membuat Ali memberanikan diri untuk melamar Fatimah walaupun hanya bermodalkan satu set baju besi. Karna ia tahu pemuda sejati ialah yang mampu bertanggung jawab atas cintanya dan siap memikul resiko terhadap pilihannya. Itu lah Ali bin Abi Thalib.

Takdir Allah memang tidak pernah kita ketahui. Seorang khalifah pertama umat islam Abu Bakar dan seorang pemisah antara haq dan bathil Umar bin Khattab tidak mendapatkan restu dari Rasulullah untuk menikahi putrinya namun pemuda miskin yang bermodalkan satu set baju besi adalah pilihan Rasulullah untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup Fatimah. 


Allah adalah zat yang Maha Kuasa, ketidak mungkinan bisa menjadi terwujud, apalagi dalam hal jodoh. Masyaallah ketika Fatimah telah menikah dengan Ali bin Abi Thalib, rupanya hal yang sama juga dirasakan oleh putri Rasulullah. Diam-diam Fatimah menyimpan hati terhadap Ali dan tanpa sepengetahuannya Rasulullah mengetahui hal tersebut. Dan dalam suatu rwayat dijelaskan ketika mereka telah menikah, Fatimah berkata kepada Ali “Maafkan aku karna sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali jatuh cinta kepada seorang pemuda.” Tentu saja itu membuat Ali terkejut “kalau begitu mengapa engkau ingin menikah denganku ?” Pertanyaan itu membuat Fatimah tersenyum dan berkata “ Yaa karna pemuda itu adalah dirimu”. (wassalam)